Rabu, 18 Juni 2025

ICRD Unmuh Jember 2025 Soroti Peran Strategis AI dalam Pembangunan Kota Cerdas dan Tantangan Etis

Dengan proyeksi bahwa hingga 68% populasi dunia akan tinggal di perkotaan pada tahun 2050, peran kecerdasan buatan (AI) dalam menghadapi tantangan urbanisasi menjadi semakin krusial. Isu ini menjadi perhatian utama dalam presentasi oleh Modou Jonga dari Banjul City Council, Gambia, pada Konferensi Internasional Pembangunan Pedesaan (ICRD) 2025 yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Jember pada Rabu, (18/6/2025).

Dalam paparannya, Jonga membahas secara mendalam "The Ethical Challenges of Artificial Intelligence in a Rapidly Urbanizing World," sebuah tema yang sangat relevan mengingat laju urbanisasi global. Menurut data UN-Habitat yang dikutipnya, area perkotaan diproyeksikan akan meningkat dari 56% pada tahun 2021 menjadi 68% pada tahun 2050, yang pada gilirannya menimbulkan berbagai tantangan kompleks bagi pemerintah kota di seluruh dunia.

Di hadapan para peserta konferensi di Jember, Modou Jonga memaparkan peran-peran kunci AI dalam mewujudkan kota cerdas (Smart Cities). Peran tersebut meliputi peningkatan efisiensi energi yang signifikan melalui optimalisasi sistem penerangan jalan dan manajemen bangunan, peningkatan efisiensi dalam pengelolaan limbah, termasuk pemilahan, pengumpulan, dan daur ulang, serta penyediaan alat untuk analisis data yang lebih baik guna mendukung perencanaan tata kota yang cerdas dan berkelanjutan. Lebih lanjut, AI juga dapat dimanfaatkan dalam sistem pengawasan dan respons darurat untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan publik, serta mengoptimalkan rute, jadwal, dan efisiensi transportasi publik guna mengurangi kemacetan dan polusi.

Selain membahas manfaat transformatif AI ini, Jonga juga menyoroti kontribusi AI terhadap ketahanan kota (resilience). Ia menjelaskan bagaimana AI dapat membantu kota dalam mengantisipasi, merespons, dan pulih secara lebih efektif dari berbagai krisis, termasuk bencana alam dan krisis kesehatan yang mungkin terjadi.

Namun, presentasi Jonga tidak berhenti pada potensi semata. Ia secara khusus menekankan tantangan dan pertimbangan etis yang menyertai penerapan AI dalam skala besar di perkotaan. Isu-isu sensitif seperti privasi data warga, potensi bias yang mungkin timbul dari algoritma yang digunakan, masalah akuntabilitas ketika terjadi kesalahan sistem AI, serta dampak sosial ekonomi dari otomatisasi pekerjaan, menjadi perhatian penting yang menurutnya harus diatasi secara cermat oleh para pembuat kebijakan dan pengembang teknologi di seluruh dunia.

Kesimpulan dari presentasi Modou Jonga menegaskan bahwa meskipun AI menawarkan solusi inovatif yang sangat menjanjikan untuk tantangan urbanisasi yang cepat, implementasinya harus disertai dengan kerangka etika yang kuat dan pemahaman mendalam tentang implikasi sosialnya. Diskusi ini diharapkan dapat memicu dialog lebih lanjut dan kolaborasi internasional tentang bagaimana kota-kota dapat memanfaatkan kekuatan AI secara bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan urban yang tidak hanya lebih cerdas dan berkelanjutan, tetapi juga lebih berkeadilan bagi seluruh warganya.

 

 

 

Tags :

bm
Created by: News Unmuh Jember

Humas Unmuh Jember Jaya Jaya Jaya!

Posting Komentar

Connect