Rektor Unmuh Jember: Perjalanan Kampus Swasta Menuju yang Terbesar di Tapal Kuda
Rektor Universitas Muhammadiyah Jember, Dr. Hanafi, M.Pd., ketika menjadi narasumber podcast yang diadakan oleh PWMU TV Selasa (10/12/2024). |
Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) adalah salah
satu perguruan tinggi terbesar di wilayah Tapal Kuda, yang meliputi Pasuruan
(bagian timur), Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan
Banyuwangi.
Kampus ini telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi
terhadap perkembangan zaman sejak awal berdiri hingga saat ini. Hal ini
disampaikan oleh Dr. Hanafi, M.Pd., Rektor Unmuh Jember, dalam Podcast PWMU TV
yang tayang pada Selasa (10/12/2024).
Pada mulanya, Muhammadiyah menggagas pendirian perguruan
tinggi di Kabupaten Jember. Namun, terdapat berbagai pertimbangan, seperti
jumlah basis Muhammadiyah yang relatif kecil dan kekhawatiran minimnya
pendaftar. Berkat dorongan berbagai pihak serta pertimbangan matang,
Universitas Muhammadiyah Jember resmi berdiri pada tahun 1981.
Dr. Hanafi menjelaskan bahwa Unmuh Jember awalnya hanya
memiliki tiga fakultas.
“Berdirinya sudah agak lama, yaitu tahun 1981. Waktu itu hanya ada tiga
fakultas: FKIP, Hukum, dan Pertanian. Itulah awal dari Universitas Muhammadiyah
Jember,” tuturnya.
Pada tahun 1988, Unmuh Jember mengalami perkembangan pesat
dengan bertambahnya empat fakultas, sehingga total menjadi tujuh fakultas.
Hingga kini, Unmuh Jember terus berkembang dan memiliki sembilan fakultas
dengan 33 program studi.
Pada tahun 2011, jumlah dosen bergelar doktor di Unmuh
Jember hanya 26 orang dari ratusan dosen yang ada. Untuk meningkatkan jumlah
tersebut, pihak kampus menjalankan program pendanaan bagi dosen yang ingin
melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Hingga saat ini, Unmuh Jember memiliki
66 dosen bergelar doktor, dengan sekitar 60 lainnya sedang menempuh program
doktor.
“Ternyata, kalau didorong itu mau ya. Semua itu tergantung
ada yang mendorong, ada yang mendukung, dan ada sistem yang jelas,” ungkap
Hanafi.
Hingga kini, Unmuh Jember terus menunjukkan progres. Dari 33
program studi yang ada, 22 di antaranya mendapat izin dari pemerintah untuk
menyelenggarakan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Program ini
memberikan pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang, baik dari pendidikan
formal, nonformal, informal, maupun pengalaman kerja, sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan formal atau penyetaraan kualifikasi.
Selain RPL, Unmuh Jember juga memperoleh program Pendidikan
Profesi Guru (PPG) dari Kemdikbud, yang ditujukan untuk mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Kesehatan, dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dari 100 perguruan tinggi penerima
program ini, Unmuh Jember masuk dalam 10 besar PPG terbaik se-Indonesia.
Tahun ini, Unmuh Jember dipercaya oleh Majelis Diktilitbang
untuk melakukan merger dengan Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah (ITBM)
Banyuwangi. ITBM Banyuwangi, yang kini menjadi Kampus 2 Unmuh Jember, memiliki
enam program studi, yaitu S1 Pendidikan Agama Islam, S1 Teknik Informatika, S1
Manajemen, S1 PG PAUD, S1 Teknik Kimia, dan S1 Teknik Industri.
Selain fokus pada pendidikan, Unmuh Jember juga mendukung
prestasi mahasiswa, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Salah satu
prestasi yang disorot adalah keberhasilan mahasiswa Teknik Mesin meraih juara 2
dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) 2024.
Di bidang bisnis, Unmuh Jember mengelola Badan Usaha Milik
Universitas (BUMU) untuk menunjang kegiatan akademik dan keuangan kampus.
Beberapa usaha yang dimiliki Unmuh Jember antara lain:
Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Jember, Berdiri
satu tahun lalu dan telah berstatus paripurna, SPBU di Situbondo Bekerja sama
dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember dan Situbondo, Klinik Suherman yang
berlokasi pas di sebelah kampus Unmuh Jember, UM Jember Trans Jasa sewa
transportasi bus untuk umum, Air Minum MoyaMu Bisnis air minum dalam kemasan
dengan proses Reverse Osmosis (RO).
“Itu yang kita upayakan, disamping akademik dan pengembangan
SDM, juga usaha di luar pendidikan untuk menunjang keuangan. Cita-citanya kan
gajinya cukup, kalau cukup jadi semangat. Minimal sama dengan PNS,” tutup
Hanafi.
Penulis : Sukron Kasyir