Waspadai Kolesterol Saat Idul Adha : Kunci Sehat ala Dosen Fikes Unmuh Jember
Menjelang dan selama perayaan hari raya idul adha, konsumsi
daging kurban meningkat tajam di tengah masyarakat. Dengan adanya fenomena
tersebut, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah
(Unmuh) Jember, Dr. Wahyudi Widada, M.Ked., mengingatkan pentingnya bersikap
bijak dalam mengonsumsi daging kurban agar tidak menimbulkan masalah kesehatan,
terutama kolesterol.
Menurut Dr. Wahyudi, perayaan idul adha sejatinya adalah
momentum berbagi dan mempererat solidaritas sosial. Namun, tidak jarang justru
memicu sifat rakus, di mana sebagian orang lebih berfokus pada kenikmatan
mengonsumsi daging kurban dalam jumlah berlebihan, alih-alih membagikannya
secara merata kepada yang membutuhkan.
“Masjid-masjid sering membanggakan jumlah hewan kurban yang
disembelih, tapi masih saja ada tetangga yang tidak kebagian atau justru
mendapat dua kali,” ujarnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan perbedaan pola konsumsi
daging antara masyarakat Arab dan Indonesia. Orang Arab, katanya, mengonsumsi
sekitar 1 kg daging kambing per minggu, namun tetap sehat karena yang
dikonsumsi adalah daging merah tanpa lemak. Sementara di Indonesia, daging
sering diolah menjadi makanan berlemak tinggi seperti rawon, gulai, atau sate,
ditambah lagi dengan kebiasaan memanaskan makanan berulang kali yang justru
meningkatkan risiko kesehatan.
“Santan yang awalnya baik untuk menurunkan kolesterol bisa
berubah menjadi radikal bebas jika dipanaskan berulang-ulang,” tambahnya.
Dr. Wahyudi juga menekankan bahwa daging sapi cenderung
lebih tinggi lemak dibandingkan kambing, sehingga berpotensi lebih besar memicu
kolesterol. Namun, bukan berarti umat Islam harus menghindari konsumsi daging
kurban. Menurutnya, daging kurban adalah bagian dari keberkahan yang perlu
disyukuri, namun harus dikonsumsi dengan takaran yang sesuai.
“Setiap orang punya batas konsumsi yang berbeda. Orang
dengan tekanan darah tinggi, misalnya, sebaiknya tidak makan lebih dari 5 tusuk
sate. Tapi untuk ibu hamil dan menyusui, mereka butuh asupan protein dan lemak
lebih tinggi,” jelasnya.
Untuk menjaga kesehatan selama idul adha, Dr. Wahyudi
menyarankan masyarakat untuk tetap aktif bergerak, menjaga pikiran tetap
tenang, serta mengonsumsi suplemen alami seperti habbatussauda (jintan hitam)
yang terbukti membantu menurunkan kadar kolesterol.
Ia juga mengingatkan pentingnya cara memasak yang sehat.
Minyak goreng curah yang telah digunakan lebih dari tiga kali, menurutnya,
sebaiknya tidak dipakai lagi karena berisiko menjadi pemicu kanker.
Sebagai penutup, Wahyudi mengingatkan agar tidak berlebihan
dalam merayakan idul adha. Selain sebagai bentuk ibadah, kurban juga merupakan
sarana berbagi kebahagiaan, bahkan kepada mereka yang berbeda keyakinan.
“Jangan berlebihan. Ini perintah Allah agar semua orang
bergembira, termasuk saudara kita yang berbeda agama. Mari jalankan ibadah ini
dengan penuh hikmah dan kesehatan,” pungkasnya.