Jumat, 09 Februari 2024

Dosen Universitas Muhammadiyah Jember Ajarkan Urban Farming di Kawasan Padat Penduduk

Urban farming, atau pertanian perkotaan, semakin populer di kalangan masyarakat kota yang memiliki lahan terbatas. Konsep ini memungkinkan warga perkotaan untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan sempit yang tersedia di lingkungan mereka. Salah satu contoh penerapan urban farming ini bisa ditemukan di Jalan Ciliwung Gang 1, Kelurahan Jember Lor, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Jum’at 9 Februari 2024 di kawasan padat penduduk ini, dua dosen Universitas Muhammadiyah Jember, Insan Wijaya dan Fefi Nurdiana Widjayanti, memberikan pelatihan kepada warga tentang urban farming. Mereka mengajarkan berbagai aspek pertanian mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Mengingat sempitnya lahan di kawasan tersebut, kedua dosen tersebut menerapkan sistem tanam vertikultur, yaitu sistem pertanian yang disusun secara vertikal atau bertingkat untuk menghemat tempat.


Menurut dosen Ilmu Agroteknologi, Insan Wijaya, pemberdayaan ini menggunakan dua metode utama yaitu hidroponik dan media tanam tanah dalam polibag yang disusun secara vertikal. Dalam metode hidroponik, tanaman memanfaatkan sirkulasi air yang diberi nutrisi melalui mesin pompa. Sementara itu, pada metode konvensional menggunakan tanah dalam polibag, tanaman ditanam seperti biasa namun disusun secara bertingkat. Insan Wijaya juga menunjukkan beberapa teknik hidroponik seperti DFT (Deep Flow Technique) dan NFT (Nutrient Film Technique) yang memberikan oksigen dan nutrisi lebih optimal bagi tanaman.


Selain sistem hidroponik, mereka juga menggunakan teknik rakit apung yang mengapungkan tanaman di atas air tanpa aliran. Teknik ini memungkinkan penggunaan lahan minimal dengan hasil yang cukup baik. Contohnya, tanaman kangkung yang ditanam dengan teknik ini dapat dipanen dalam waktu 30 hari.

Dosen agribisnis Universitas Muhammadiyah Jember, Fefi Nurdiana Widjayanti, menambahkan bahwa program pemberdayaan urban farming ini difokuskan pada ibu-ibu PKK di daerah tersebut. Hasil panen dari urban farming bisa dikonsumsi sendiri oleh keluarga atau dijual ke pasar tradisional, sehingga dapat menambah pendapatan ekonomi keluarga. Nurdiana juga menekankan bahwa ibu-ibu ini diajarkan memanfaatkan bahan-bahan sederhana seperti botol bekas untuk bertani, sehingga tidak perlu biaya besar.

Contoh nyata yang sudah dilakukan adalah penanaman kangkung. Dengan perawatan sederhana, dalam 30 hari ibu-ibu bisa memanen kangkung untuk dikonsumsi sendiri atau dijual seharga Rp3.000 per ikat. Hasilnya, urban farming ini tidak hanya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga di lingkungan perkotaan yang sempit.

Tags :

bm
Created by: ASFIK

Humas Unmuh Jember Jaya Jaya Jaya!

Posting Komentar

Connect