Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) sukses menyelenggarakan International Conference on SDGs 2024 yang kedua kalinya dengan tema "Building Better Futures: Local Economies Empowerment Through SDGs Excellent". Acara ini digelar pada Selasa (6/8/2024) secara hybrid di Ruang Pertemuan Unmuh Jember dan melalui Zoom Meeting.Konferensi ini berfokus pada komitmen dunia pendidikan tinggi dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui produk dan praktik inovatif, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Prof. Chris Rudd OBE, Chief Scientist di Yangtze River Delta Carbon Fiber & Composites Innovation Center (CCIC), menekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertumbuhan ekonomi.
Dalam pemaparannya, Prof. Chris juga menyoroti tantangan yang dihadapi dunia saat ini, seperti munculnya populisme, isolasionisme, dan penyebaran disinformasi yang semakin merajalela.
Menurutnya, pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam mempromosikan kebenaran, transparansi, dan tata kelola yang etis, serta mengarahkan masyarakat menuju pemikiran yang objektif dan berkelanjutan.
Konferensi ini juga membahas dampak geopolitik terhadap perekonomian global, di mana ketegangan seperti yang terjadi di Timur Tengah dan invasi Ukraina telah meningkatkan risiko investasi.
"Contohnya, ketegangan di Timur Tengah dan invasi Ukraina telah meningkatkan risiko geopolitik, yang menuntut para investor untuk mengatur portofolio mereka guna menghadapi situasi yang tidak pasti ini, termasuk penyesuaian alokasi aset strategis ke emas dan peningkatan investasi alternatif seperti hedge funds," paparnya.
Prof. Chris menekankan pentingnya memahami dan mempertimbangkan bahwa konflik memiliki dampak merusak terhadap perekonomian global. Menurutnya agresor negara seringkali gagal memperkirakan biaya dan durasi konflik dengan akurat, seperti yang terjadi pada Pentagon yang meremehkan biaya Perang Vietnam hingga 90%. Kebanyakan konflik didorong oleh ideologi dan tidak memiliki "rencana bisnis" yang jelas, seperti pengambilalihan aset bernilai tinggi.
"Jaringan pasokan global kita sangat bergantung pada perdagangan bebas dan akses ke pasar, sementara konflik meninggalkan beban pajak bagi warga negara di kedua belah pihak," ungkapnya.
Selain itu, peran pendidikan tinggi dalam mempersiapkan masa depan menjadi sorotan utama. Selain menyesuaikan kurikulum dengan tuntutan zaman seperti kecerdasan buatan, keuangan digital, dan infrastruktur teknologi, pendidikan juga harus memprioritaskan kesejahteraan mental dan integritas dalam jabatan publik.
Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pendidikan tinggi diharapkan dapat memanfaatkan peluang di sektor teknologi, pariwisata, dan infrastruktur. Hal ini sejalan dengan visi SDGs untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta memberdayakan komunitas lokal melalui kemitraan strategis.
"Pendidikan tinggi harus terus beradaptasi dengan permintaan baru yang muncul, seperti program perawatan berbasis kecerdasan buatan, keuangan digital, jaringan seluler 6G, dan studi kebijakan publik serta strategis, Di sisi lain, pendidikan tinggi juga harus merangkul perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam operasinya," ujarnya.
Melalui konferensi ini, FEB Unmuh Jember menegaskan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam mendorong perubahan positif di masyarakat, tidak hanya melalui pendidikan tetapi juga melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.