PP Muhammadiyah Sampaikan Pandangan Muhammadiyah Soal Rezimentasi Agama
Selain materi utama, Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta pada 18-20 November mendatang juga akan fokus pada penguatan dua program, yakni dakwah komunitas, konsep tadayun atau pendapat agama dan materi isu strategis praktis.
Hal itu disampaikan Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada Senin (7 November) dalam rapat awak media di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.
Haedar mengatakan bahwa Muktamar Muhammadiyah diselenggarakan secara sistematis. Materi-materi yang dibahas pada Kongres ke-48 diserahkan tiga bulan sebelum implementasi.
Guru besar sosiologi ini mengatakan, manfaat penguatan program dakwah ummat dalam kongres ini tidak hanya dirasakan oleh warga Muhammadiyah dan umat Islam, tetapi juga dirasakan oleh bangsa di tengah dinamika yang dihadapinya.
Menurut pandangan Haedar, pada abad 21 dengan kemajuan teknologi dan modernitas akan terjadi perubahan dalam konteks kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya bangsa.
"Indonesia, negara dengan budaya gotong royong dan ikatan sosial yang kuat, akan kehilangan akar jika komunitas ini rentan. Jadi Muhammadiyah akan memperkuat komunitas ini bahkan di pedesaan. dan kota-kota hingga ke pelosok," kata Haedar.
Saat ini, Muhammadiyah mungkin satu-satunya organisasi dengan jaringan yang besar, solid, dan bertanggung jawab. Menurutnya, jaringan yang terstruktur dengan baik dari pusat hingga cabang ini merupakan aset besar dalam memperkuat masyarakat.
Kedua, Muktamar Muhammadiyah ke-48 juga akan memperkuat konsep tadayun atau memperkuat dasar, jiwa atau esensi dari praktik spiritual dan keagamaan yang menjadi inspirasi kemajuan. “Maka pada kongres ini, kami menyusun sebuah konsep besar sebagai perpanjangan tangan dari Islam progresif, yang disebut Pakta Islam Progresif.” dia menambahkan.
Haedar mengakui bahwa ada beberapa masalah dalam komunitas agama, serta masalah di entitas lain dengan berbagai pihak. Adanya politik identitas, kekerasan terkait agama menjadi salah satu alasan berkembangnya Pakta Islam Progresif.
“Sebenarnya, ada banyak masalah dengan identitas lain juga, tetapi kami mungkin tidak membuka cakrawala ini saat ini,” tambahnya.
"Kami ingin energi positif lebih berkembang daripada energi negatif. Dan agama memiliki kekuatan besar, dan itu adalah sesuatu yang suci yang dapat kami gunakan sebagai energi pembangun, dan itu adalah Islam progresif," lanjut Haedar.
Maka ia mengajak seluruh warga bangsa untuk mengisi ruang publik dengan energi positif. Untuk memajukan peradaban, negara harus bersatu dengan berbagai sektor, berbalut kekuatan agama, agar Indonesia menjadi kekuatan besar.
Kalimat terakhir atau ketiga adalah pertanyaan strategis. Haedar menjelaskan bahwa masalah strategis adalah yang dipecahkan, dan Muhammadiyah tertarik, untuk memberikan solusi atas masalah tersebut. Jika menyangkut isu-isu strategis, Muhammadiyah tidak hanya mencoba melihatnya secara objektif dan jelas, tetapi juga menawarkan solusi, bukan hanya masalah.
"Salah satunya tentang rezim agama. Atau cara pemahaman agama. Bisa jadi sesuatu yang baru dalam hal ekstremisme agama, ekstremisme agama. , identitas politik suster, dan sebagainya," katanya.
Mengatur agama, kata Haedar, adalah isu dimana agama bias dan subjektif kemudian ingin dinikmati bersama negara dan menjadi kekuatan negara. Menurutnya, hal itu bertentangan dengan ide dan cita-cita Indonesia sebagai negara Pancasila Darul Adhi Wa Syahadah.
Tags : Berita
Posting Komentar