Tak Hanya Memperbaiki Asupan Nutrisi pada Anak, Peran Ayah adalah Kunci untuk Mengatasi Stunting pada Anak
Masalah malnutrisi pada anak masih menjadi salah satu fokus utama Pemerintah terlebih di Kabupaten Jember. Seperti diketahui, malnutrisi yaitu meliputi kekurangan gizi, mikronutrien, dan kelebihan gizi.
Diungkapkan oleh Dosen S-1 Program Studi Keperawatan, Ns Ely Rahmatika Nugrahani MKep dalam penelitiannya, stunting termasuk ke dalam jenis malnutrisi kekurangan gizi bersaning dengan wasting. Stunting sendiri ialah kondisi dimana ketidaksesuaian pertumbuhan antara usia dan Panjang tubuh anak.
Sementara itu, wasting adalah penambahan berat badan yang sangat lambat. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, masalah stunting masih menjadi yang tertinggi yang dialami di beberapa Negara berkembang.
Mengaca pada kondisi tersebut, dalam penelitian Ely dijelaskan bahwa ada penyebab langsung dan tidak langsung yang menjadi faktor tingginya angka stunting di Kabupaten Jember. Pada penyebab secara langsung, stunting disebabkan oleh pemenuhan gizi yang kurang. Pada dasarnya, pemenuhan nutrisi pada anak bukan serta merta anak merasa kenyang saja tetapi ada hal yang harus diperhatikan misalnya keseimbangan antara karbohidrat, protein, dan serat yang dikonsumsi.
Faktor lain yang tak kalah berpengaruhnya yaitu kondisi ekonomi, peran orang tua, dan Tingkat pendidikan. Peran orang tua menyumbangkan faktor terbesar tingginya angka stunting terlebih peran Ayah.
Dalam penelitiannya, disebutkan oleh Ely, hal tersebut berkaitan dengan fenomena Fatherless yang ada di Indonesia dimana Indonesia menduduki peringkat 3 dunia. Selama ini, banyak anak yang tidak mendapat perhatian Ayah sehingga berdampak pada kecukupan kebutuhan nutrisinya. Sehingga perlu ditekankan bahwa peran Ayah tak hanya mencukupi kebutuhan nafkahnya saja tetapi harus bisa terlibat langsung dalam pola asuh anaknya.
![]() |
Sumber foto : Sorotmata.id |
Ada beberapa indikator yang harus dipahamkan bagi seorang Ayah untuk memaksimalkan perannya yaitu memperhatikan kesejahteraan anak, empati pada Kesehatan anak, memberikan kasih sayang dan pujian. Kesemuanya harus dilakukan secara imbang oleh seorang Ayah sehingga anaknya bisa bertumbuh kembang dengan maksimal baik dari nutrisi maupun motoriknya.
Hal tersebutlah yang dirasa masih sangat rendah di Kabupaten Jember. Angka perceraian menjadi salah satu penyebab tertinggi kejadian Fatherless di Kabupaten Jember. Terbukti, bahwa anak dengan kondisi orang tua yang bercerai, kebutuhan nutrisinya menjadi dikesampingkan karena yang mengasuh condong pada satu orang tua saja dan lebih banyak mengarah kepada Ibu.
Faktor selanjutnya yaitu rendahnya Tingkat pendidikan Ayah. Ketika seorang Ayah mempunyai jenjang pendidikan rendah, otomatis pekerjaan yang dilakoninya pun akan menghasilkan nafkah yang sedikit. Sehingga, orang tua merasa mengesampingkan kebutuhan nutrisi keluarganya.
Faktor ini juga sangat berkaitan erat dengan usia orang tua. Ayah dengan usia yang belum matang, cenderung mempunyai Tingkat pendidikan rendah sehingga berdampak pada pendapatan yang dihasilkan. Ketika pendapatan yang didapat rendah, kebutuhan akan nutrisi yang dikonsumsi cenderung rendah juga karena fokusnya untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya dulu.
Dari semua uraian tersebut, dapat ditarik garis besar yaitu masalah stunting tidak sesederhana ketidakseimbangan pertumbuhan anak saja. Untuk menghindarinya, selain dibenahi pola makannya, faktor dan peran orang tua khususnya Ayah menjadi fokus utama dalam pemberantasan stunting.
Jadilah orang tua yang siap. Karena kualitas para Ibu dan Ayah yang akan mempengaruhi kualitas dari anak-anakmu kelak.
Tags : Berita Penelitian Pengabdian
Posting Komentar