Pengabdian Berbasis Aset Lokal Jadi Sorotan dalam Pendampingan BEM PTMA 2025
Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) menjadi tuan
rumah kegiatan “Pendampingan Program Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan
Masyarakat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan
‘Aisyiyah (PTMA) Tahun 2025” yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom
Meeting pada Senin, (21/7/2025). Salah satu sesi utama dalam kegiatan ini
menghadirkan Prof. Dr. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi sebagai narasumber
pendamping, yang memberikan pembekalan intensif kepada para mahasiswa dan
pendamping organisasi kemahasiswaan dari berbagai PTMA se-Indonesia.
Dalam materinya, Prof. Yohana menekankan bahwa mahasiswa
tidak cukup hanya menjadi agen perubahan dalam tataran wacana, tetapi harus
mampu mentransformasikan gagasan menjadi aksi nyata yang memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat. Ia mendorong agar program-program pengabdian
masyarakat yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tidak sekadar
formalitas proposal, melainkan benar-benar berpijak pada realitas sosial dan
mampu menyentuh persoalan riil yang dihadapi oleh masyarakat di berbagai daerah.
“Jangan hanya hadir untuk menggugurkan program, tapi hadir sebagai solusi yang
membumi dan bisa diukur dampaknya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Yohana menjabarkan tiga pilar penting
dalam merancang program mahasiswa berdampak, yaitu: identifikasi masalah sosial
secara partisipatif, desain program berbasis aset lokal, dan jaminan
keberlanjutan melalui monitoring dan evaluasi. Menurutnya, keterlibatan
masyarakat sejak awal dalam proses identifikasi masalah akan memperkuat rasa
kepemilikan dan memudahkan proses implementasi. Program yang baik, lanjutnya,
harus membangun kekuatan masyarakat, bukan menciptakan ketergantungan, serta mampu
berjalan meskipun tanpa kehadiran mahasiswa secara terus-menerus.
Dalam presentasinya, Prof. Yohana
juga memaparkan contoh-contoh program pengabdian yang telah berhasil dijalankan
oleh mahasiswa dan mampu tumbuh menjadi gerakan sosial yang mandiri. Ia
mengajak mahasiswa PTMA untuk tidak hanya kreatif dan inovatif dalam menyusun
proposal, tetapi juga kolaboratif dengan sesama BEM di lingkungan PTMA.
Jaringan antarperguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, menurutnya,
merupakan kekuatan sosial yang besar dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh
karena itu, ia mendorong terbentuknya inisiatif-inisiatif kolektif lintas
kampus demi terciptanya dampak yang lebih luas.
Di akhir sesi, Prof. Yohana mengingatkan pentingnya membekali diri dengan keterampilan manajemen program, penyusunan proposal, hingga dokumentasi kegiatan secara profesional. Hal tersebut bukan hanya penting untuk mendukung keberhasilan program, tetapi juga akan menjadi nilai tambah bagi mahasiswa dalam pengembangan karier dan pengabdian jangka panjang. Dengan kehadiran narasumber berpengalaman seperti Prof. Yohana, kegiatan pendampingan ini menjadi titik tolak penting untuk meningkatkan kualitas dan keberdayaan mahasiswa PTMA dalam mewujudkan pengabdian masyarakat yang berdampak dan berkelanjutan.
Posting Komentar